Forexnesia.org – Pasangan Euro terhadap Dolar AS (EUR/USD) melanjutkan fase konsolidasi mendatarnya selama sesi Asia hari Selasa (11/7), tetap berada di atas level tertinggi multi-minggu yang dicapai pada hari Senin lalu.
Meskipun harga tetap bertahan di atas level 1.0700, pergerakan pasangan mata uang forex mayor ini sangat dipengaruhi oleh dinamika harga Dolar AS (USD).
Indeks Dolar AS (DXY), yang melacak pergerakan Greenback terhadap sekeranjang mata uang, menguat setelah mengalami pemulihan dari level terendah delapan minggu pada sesi sebelumnya.
Penguatan ini menjadi faktor kunci yang menjadi hambatan bagi pasangan EUR/USD. Pernyataan beragam dari pejabat Federal Reserve (Fed) terkait rencana kenaikan suku bunga mendatang memicu kenaikan yield obligasi Amerika Serikat pada hari Senin dan mendorong aksi penutupan posisi short USD.
Gubernur Fed, Lisa Cook, menyatakan bahwa tingkat suku bunga target saat ini sudah memadai untuk membawa inflasi kembali ke target 2% Fed. Namun, ia juga menegaskan bahwa bank sentral akan terus waspada untuk memastikan target inflasi tercapai.
Di sisi lain, Presiden Federal Reserve Minneapolis, Neel Kashkari, mengatakan bahwa ia lebih memilih kebijakan moneter yang ketat daripada tidak melakukan cukup untuk menurunkan inflasi ke target 2% bank sentral.
Hal ini menciptakan ketidakpastian terkait kebijakan moneter Fed ke depan. Investor kini cenderung yakin bahwa bank sentral AS mendekati akhir siklus kenaikan suku bunga, terutama setelah data pekerjaan AS yang lemah pada hari Jumat lalu.
Selain itu, harga pasar saat ini menunjukkan kemungkinan besar Fed akan memangkas suku bunga pada Juni 2024. Oleh karena itu, perhatian pasar tertuju pada penampilan Ketua Fed Jerome Powell pada hari Rabu dan Kamis.
Sementara itu, pernyataan hawkish Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde pada akhir pekan tetap memberi dukungan pada mata uang Euro dan membantu membatasi penurunan EUR/USD.
Dalam wawancara dengan Kathimerini, Lagarde menegaskan komitmen bank sentral untuk membawa inflasi ke level 2%. Pernyataannya ini membuat para trader enggan membuka posisi jual terhadap pasangan mata uang ini.
Pelaku pasar kini menantikan data Neraca Perdagangan Tiongkok yang bisa mempengaruhi sentimen risiko secara keseluruhan, serta data Produksi Industri Jerman yang bisa memberi dorongan sebelum data Neraca Perdagangan AS dirilis.
Selain itu, para trader akan memperhatikan pidato sejumlah anggota FOMC yang berpengaruh. Hal ini akan mempengaruhi permintaan terhadap Dolar AS dan memungkinkan trader mencari peluang jangka pendek seputar pasangan EUR/USD.