Seperti namanya, decentralized applications (DApps) adalah aplikasi terdesentralisasi; ini menjadi kebalikan dari centralized apps (CApps) atau aplikasi terpusat. Mengapa DApps? Orang-orang berbicara tentang privasi, ketidakpercayaan terhadap otoritas, dan efisiensi – inilah alasan mengapa DApps hadir sebagai solusi. Ya, melalui DApps, semua orang dapat terkoneksi atau terhubung secara langsung peer-to-peer (P2P) tanpa perantara atau pihak ketiga. Karena tanpa perantara, maka tidak ada biaya terkait yang dikenakan, dan semua data pengguna tidak disimpan oleh perantara, melainkan tersebar. Lalu, apa itu decentralized apps (DApps)? Apa contoh platform DApps terbaik?
Contents
- 1 Pengertian Decentralized Apps (DApps)
- 2 Decentralized Apps (DApps) dan Blockchain
- 3 Decentralized Apps (DApps) dan Smart Contract
- 4 Decentralized Apps (DApps) dan Cryptocurrency
- 5 Decentralized Apps (DApps) v.s. Centralized Apps (CApps)
- 6 Kelebihan dan Kekurangan Decentralized Apps (DApps)
- 7 Contoh DApps Terbaik
- 8 Pandangan Akhir: Masa Depan DApps
Pengertian Decentralized Apps (DApps)
Decentralized applications atau DApps adalah aplikasi terdesentralisasi – maksudnya: sebuah platform atau perangkat atau tools yang dapat menghubungkan antar pengguna dalam bertransaksi secara P2P, tanpa melibatkan perantara, open source, dan bersifat publik, serta otoritas berada pada masing-masing pengguna. Pada dasarnya, tampilan DApps sama seperti aplikasi pada umumnya, namun perbedaannya adalah DApps menggunakan logika inti atau disebut kontrak pintar atau smart contract yang notabene merupakan jaringan blok integral dari blockchain.
Decentralized Apps (DApps) dan Blockchain
Orang-orang cenderung mengaitkan decentralized apps (DApps) dengan blockchain. Ini tidak salah, karena DApps adalah bagian integral dari sebuah perangkat (ware) yang berkomunasi dengan blockchain, yang bertugas mengelola seluruh aktor jaringan. Namun perlu dicatat, tidak semua aplikasi terdesentralisasi wajib berjalan di atas jaringan blockchain. Sebagai contoh, BitTorrent adalah DApps yang tidak beroperasi pada jaringan blockchain, melainkan pada jaringan P2P khusus (Shermin Voshmgir, 2020).
Lebih lanjut, BitTorrent adalah sejenis protokol komunikasi yang memungkinkan pengguna untuk saling berbagai file secara peer-to-peer (P2P), yang mana data dan flie elektronik didistribusikan via internet secara terdesentralisasi. Untuk bertransaksi (mengirim dan menerima) file dan data, pengguna akan menggunakan BitTorrent client di komputer masing-masing yang terkoneksi dengan akses internet.
Decentralized Apps (DApps) dan Smart Contract
Seperti yang telah disinggung, DApps adalah aplikasi terdesentralisasi yang menggunakan smart contract sebagai logika inti atau logika bisnis. Singkatnya, smart contract adalah sebuah program yang disimpan di blockchain, yang berperan dalam memproses informasi dari peristiwa eksternal dan membantu blockchain untuk mengelola semua kondisi aktor jaringan.
Istilah smart contract diciptakan oleh developers yang mana mereka menggambarkan itu sebagai versi blockchain dari vending machine. Smart contract tidak benar-benar pintar (seperti namanya), itu hanya program sederhana yang dimulai dari pertanyaan IF dan THEN. Misalnya, jika blablabla, maka blablabla. Baca selengkapnya: Smart Contract.
Decentralized Apps (DApps) dan Cryptocurrency
Decentralized applications (DApps) adalah aplikasi terdesentralisasi yang pada dasarnya memang mengacu pada penggunaan mata uang kripto (cryptocurrency). DApps memungkinkan setiap pengguna untuk saling bertransaksi token atau koin crypto, dengan bantuan smart contract dan blockchain. Semua informasi yang tersimpan di blockchain biasanya akan berisi tentang token kriptografi, dompet kripto (crypto wallet), dan sebagainya.
Token kriptografi (cryptographic token) adalah unit nilai digital yang hidup di blockchain. Token di DApps dapat berperan sebagau mata uang digital, sementara bagi jaringan itu dapat membantu sistem keamanan. Lebih rinci, token kriptografi terdiri dari empat jenis, yakni token pembayaran, token keamanan, token utilitas, dan non-fungible token (NFT).
Decentralized Apps (DApps) v.s. Centralized Apps (CApps)
Shermin Voshmgir menjelaskan dengan sangat baik tentang apa itu aplikasi terdesentralisasi (DApps) dan apa persamaan dan perbedaan DApps dengan centralized apps. Menurutnya, interface dari DApps mirip seperti aplikasi terpusat (web apps dan mobile apps tradisional) pada umumnya. Yang membedakannya adalah bahwa DApps menggunakan smart contract dan blockchain.
Tampilan depan (front-end) dari DApps mewakili apa yang terlihat, sedangkan elemen di belakang (back-end) dari DApps mewakili logika bisnis. Nah, logika bisnis ini dapat diwakili oleh satu atau beberapa smart contract yang saling berinteraksi dengan underlying blockchain.
Bagaimana Itu bekerja?
Cara kerja aplikasi terpusat (seperti aplikasi web) adalah Front–end –> API –> Database.
Aplikasi web tradisional menggunakan HTML, javascript, CSS, dan sejenisnya untuk membuat dan membangun halaman website. Halam web ini berinteraksi dengan tempan penyimpanan data terpusat (database). Sementara itu, API (application programming interface) dapat dibaratkan sebagain konteksi (penghubung) antara komputer atau antara program komputer.
Misalnya, layanan aplikasi media sosial seperti Twitter: halaman web Twitter akan memanggil API untuk membantu proses data pribadi pengguna (dan informasi lainnya), itu kemudian disimpan di server terpusat, agar dapat tampil di halaman. ID pengguna dan password adalah bagian penting sebagai identifikasi dan otentikasi. Namun, karena informasi dan data ini disimpan di server terpusat penyedia layanan, itu kemudian menimbulkan isu keamanan privasi.
Cara kerja aplikasi terdesentralisasi atau DApps adalah Front–end –> Smart contract –> Blockchain.
Decentralized apps atau DApss tidak jauh berbeda dari aplikasi web tradisional. Bagian Front–end dari DApps juga menggunakan teknologi serupa untuk merender halaman, ini berisi dompet (wallet) yang berkomunikasi dengan blockchain. Wallet berfungsi untuk mengelola kunci kriptografi dan alamat blockchain.
Alih-alih menggunakan API, dompet dapat memicu aktivitas smart contract yang berinteraksi dengan blockchain – mengacu pada Web3: sebuah generasi internet berikutnya yang beroperasi di blockchain, sehingga berjalan secara terdesentralisasi alias tidak dikendalikan oleh pihak tertentu.
Sistem terpusat – seperti kasus aplikasi web tradisional yang menyimpan informasi pengguna di server terpusat dari penyedia layanan – memicu isu privasi dan keamanan. Artinya, semua data dan informasi dikendalikan oleh suatu pihak. Inilah kemudian yang ingin diatasi oleh blockchain, yang mana informasi dan data akan tersebar dan masing-masing pengguna akan menjadi otoritas. Dengan adanya Web3, sebuah aplikasi tidak akan dikendalikan lagi oleh suatu entitas, seperti Twitter, Instagram, dan sebagainya.
Mengenal Web3
Aplikasi Web3 membutuhkan koneksi ke blockchain, yang dikelola oleh sebuah aplikasi khsusu (disebut dompet/wallet). Wallet akan menyimpan semua catatan kunci pribadi atau private key dan alamat blockchain (biasanya berisi 26 s.d. 35 alphanumeric characters yang unik).
Untuk berinteraksi dengan blockchain, itu membutuhkan perangkat lunak (software) yang khususnya yang mengelola identitas digital pengguna. Oleh karena itu, Web3 dibangun di atas tumpukan Web2 yang ada sekarang (current Web2 stack)dan juga menghadirkan elemen tambahan pada tingkat aplikasi.
Sementara itu pada back–end, Web3 menambahkan lapisan infrastruktur baru untuk DApps agar dapat berinteraksi dengan tumpukan protokol terdesentralisasi atau decentralized protocol stack. Dalam kasus ini, decentralized applications (DApps) harus memiliki komponen tertentu yang mampu mengelola private key pengguna. Private key nantinya akan digunakan untuk menandatangani (validasi) transaksi di blockchain.
Kelebihan dan Kekurangan Decentralized Apps (DApps)
Kehadiran decentralized apps atau DApps adalah sebuah opsi yang menarik bagi pengguna yang “tidak percaya” dengan pihak ketiga atau perantara dalam mengelola informasi dan data pribadi. DApps tentu saja punya sejumlah manfaat dan keunggulan, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
- Terdesentralisasi – sistem ini memungkinkan masing-masing pengguna untuk menjadi otoritas bagi transaksi mereka, alias tanpa perantara.
- Berbasis blockchain – DApps dibuat dari smart contract sebagai komponen kunci, dan juga mudah untuk mengintegrasikan mata uang kripto (cryptocurrency) ke fungsi dasar DApps.
- Open source – ini mengacu pada sesuatu yang bisa dimodifikasi dan dibagikan secara bebas karena sistemnya yang dapat diakses oleh publik.
- Tahan sensor – sulit bagi otoritas seperti pemerintah untuk mengontrol jaringan DApps, sehingga ini benar-benar independen.
- Tanpa downtime – dengan menggunakan sistem P2P, DApps tetap dapat bekerja meskipun PC atau bagian dari jaringan mati.
Sementara itu, kekurangan DApps adalah penggunaan yang mungkin lebih sulit (kompleks), terutama bagi pengguna baru. Kemudian, ini juga masih belum sempurna dan perlu mengatasi sejumlah isu peretasan. Selain itu, karena otoritas berada di tangan pengguna, maka DApps sangat bergantung pada pengguna. DApps dengan jumlah pengguna yang lebih sedikit mungkin akan berdampak pada kurangnya interaktif dan juga isu keamanan – yang mana pengguna juga berperan untuk mengamankan jaringan.
Contoh DApps Terbaik
Ketika berbicara tentang platform DApps atau platform smart contract terbaik, itu bisa mengacu pada kasus penggunaan yang luas. Namun yang pasti, decentralized apps atau DApps adalah cara terbaru dalam membangun dan mengoperasikan aplikasi, ini juga dianggap radikal karena membawa perubahan ke arah lain. Smart contract menjadi “jantung” dari DApps, yang akan membantu mengoneksikan ke blockchain. Berikut ini adalah beberapa contoh DApps terbaik:
- Ethereum
- Solana
- Binance Smart Chain (BSC)
- Polygon (MATIC)
- Polkadot
1. Ethereum DApp
Sebagai platform DApp pertama di dunia, Ethereum menjadi penggerak utama dalam distribusi smart contract dan blockchain yang dimilikinya. Tak heran, sejumlah besar proyek crypto menggunakan blockchain Ethereum sebagai landasan. Namun, semakin tinggi pemanfaatan blockchain Ethereum, itu kemudian menimbulkan masalah, seperti skalabilitas, biaya pemrosesan lebih mahal, dan transaksi melambat. Namun, transaksi ke Ethereum 2.0 yang akan segera terjadi akan memecahkan masalah atau kekurangan sebelumnya.
2. Solana DApp
Salah satu penyebab harga koin crypto Solana (SOL) meroket adalah karena platform DApp Solana yang sangat radikal. Ya, Solana adalah contoh DApps terbaik karena punya jaringan blockchain dengan kecepatan transaksi secepat kilat. Tercatat, Solana mampu memproses hingga 50.000 TPS (transaction per second), sementara Ethereum hanya memproses 30 TPS. Keunggulan ini membuat Solana menjadi platform ideal untuk banyak proyek, seperti Decentralized Finance (DeFi): termasuk platform decentralized exchange (DEX) dan platform staking.
3. Binance Smart Chain (BSC)
Platform DApps terbaik lainnya yaitu Binance Smart Chain (BSC) – memiliki blockchain yang didukung smart contract dan juga berjalan paralel dengan Binance Chain (blockchain asli Binance). Berbeda dari Binance Chain, BSC bisa support untuk DApps dan smart contract, akan tetapi keduanya tetap kompatibel secara silang, sehingga memungkinkan pengguna mentransfer aset antar rantai. BSC mampu memproses sekitar 160 TPS dan platform ini juga kompatibilitas dengan EVM (Ethereum Virtual Machine). Kebanyakan BSC telah digunakan untuk proyek DeFi.
4. Polygon (MATIC)
Polygon (MATIC) dapat dipertimbangkan sebagai DApps terbaik untuk mengatasi masalah yang dihadapi Ethereum saat ini. Tujuan Polygon DApp adalah efektivitas dan efisiensi, yakni transaksi lebih cepat dan biaya lebih murah di Ethereum dengan menggunakan Layer 2. Selain itu, Polygon juga mampu mentransformasi jaringan Ethereum menjadi sistem multi-chain lengkap dan memungkinkan blockchain lain untuk kompatibel dengan jaringan.
5. Polkadot (DOT)
Dipertimbangkan sebagai salah satu DApps terbaik, tujuan Polkadot adalah membangun ekosistem multi-chain untuk menciptakan jaringan blockchain dengan skalabilitas baik dan dapat dioperasikan. Ekosistem blockchain Polkadot memungkinkan berbagai platform untuk saling terhubung satu sama lain, daripada pengertian blockchain secara tradisional.
Pandangan Akhir: Masa Depan DApps
Yang perlu diingat bahwa decentralized applications atau DApps adalah platform atau aplikasi yang menentang kehadiran perantara. Artinya ini bersifat tidak terpusat – dengan tumpuan utama menggunakan smart contract dan memanfaatkan blockchain. Meskipun masih dalam tahap awal – masih banyak kekurangan yang perlu diatasi – DApps sudah digunakan pada banyak sektor, seperti decentralized exchange (DEX), termasuk decentralized finance (DeFi), DApps berbasis games, pertukaran uang, dan produk digital lainnya. Selain itu, ada banyak contoh DApps terbaik, selain dari lima DApps di atas, dengan kelebihan dan kekurangan tersendiri.