Investasi adalah pilihan yang “cerdas” untuk meningkatkan dan mempertahankan aset (kekayaan). Namun, ada sejumlah orang yang belum sadar pentingnya investasi; ada pula yang sudah sadar namun belum memahami apa itu investasi, bagaimana cara memulai investasi, dan bagaimana cara memilih instrumen investasi (produk) yang tepat. Beruntunglah bagi yang sudah sadar bahwa investasi itu penting. Nah, artikel ini diharapkan bisa membantu untuk menjawab semua pertanyaan itu.
Contents
Konsep Investasi
Sebagai tahap awal, penting bagi Anda untuk memahami konsep dasar investasi. Secara singkat, investasi adalah proses menempatkan modal/dana/uang ke suatu instrumen investasi tertentu dengan tujuan mendapatkan profit. Konsep investasi adalah uang bekerja untuk Anda (sebagai investor).
Instrumen Investasi
Saat Anda memutuskan untuk memulai investasi, penting untuk mengetahui apa saja produk atau instrumen investasi yang tersedia di pasar. Secara umum, ada dua instrumen investasi, yakni (1) sektor riil dan (2) sektor keuangan.
Investasi sektor riil adalah menempatkan modal pada bisnis atau proyek tertentu, atau aset investasi dapat dilihat secara fisik. Contoh investasi sektor riil adalah investasi properti, buka usaha coffee shop, dan sebagainya.
Sementara itu, investasi sektor keuangan adalah menempatkan modal pada aset finansial yang mana asetnya tidak berwujud fisik, akan tetapi dalam bentuk dokumen atau surat berharga tertentu. Contoh investasi sektor finansial yang paling umum adalah seperti di instrumen pasar modal (misalnya: saham, obligasi, reksa dana, dan ETFs), instrumen pasar uang (misalnya: deposito, SBI, dst).
Jangka Waktu (Time Frame)
Salah satu konsep investasi dapat terlihat dari jangka waktu (time frame) atau berapa lama investor akan menanamkan modalnya di suatu instrumen. Dengan kata lain, dari segi waktu atau tenor, konsep investasi adalah bersifat jangka waktu panjang (long time investment). Apa perbedaan pendapat tentang konsep waktu investasi jangka panjang, akan tetapi secara umum, itu akan mengacu pada jangka waktu minimal 1 (satu) tahun.
Konsep Risk dan Return
Risk dan return adalah konsep penting yang harus dipahami oleh setiap orang yang ingin memulai investasi. Konsep risk dan return menjelaskan bahwa setiap instrumen investasi PASTI mengandung return (profit) dan risk (risiko). Dengan kata lain, tidak ada satu pun produk atau instrumen yang bebas dari risiko. Ini penting untuk dipahami agar pemula tidak terjebak investasi bodong dengan iming-iming investasi tanpa risiko. Itu semua bohong.
Selain itu, konsep risk dan return menjelaskan sebuah trade-off bahwa instrumen dengan return tinggi akan mengandung risiko tinggi. Sebaliknya, instrumen dengan return rendah juga memiliki risiko rendah. Ini penting disadari bahwa saat Anda ingin mendapatkan keuntungan besar dari suatu produk investasi, Anda juga harus siap menghadapi risiko kerugian yang besar pula.
Tips dan Cara Memulai Investasi yang Benar
Ketika Anda tertarik untuk segera investasi, peting untuk memahami bagaimana cara memulai investasi yang benar atau tepat. Jika tidak, investasi Anda tidak akan berjalan dengan baik, konsekuensi terburuk yaitu uang Anda bisa hilang. Oleh karena itu, tips beserta langkah-langkah cara memulai investasi yang benar adalah sebagai berikut.
- Tentukan Tujuan
- Tentukan Jangka Waktu
- Pahami Profil Risiko
- Pilih Instrumen Investasi
- Gunakan Sumber Dana yang Tepat
- Pilih Perantara (Broker atau Sekuritas atau Bank)
- Lakukan Analisis
- Buat Portofolio Investasi untuk Diversifikasi
- Lakukan Evaluasi Berkala
#1. Tentukan Tujuan
Tahap awal cara memulai investasi adalah menentukan tujuan: apa tujuan Anda berinvestasi? Tentu saja setiap investor punya tujuan investasi berbeda. Kenapa penting menentukan tujuan? Karena inilah yang menjadi faktor “WHY” atau alasan Anda berinvestasi, sehingga setiap keputusan akan bersandar (mengacu) pada tujuan awal Anda berinvestasi. Contoh tujuan investasi seperti untuk pendidikan Anda di masa depan, untuk berangkat haji, untuk membangun rumah, untuk kuliah ke luar negeri, untuk persiapan menikah, dan sebagainya.
#2. Tentukan Jangka Waktu
Menentukan jangka waktu investasi adalah hal penting dalam memulai investasi. Biasanya, jangka waktu investasi akan mengacu pada tujuan awal Anda berinvestasi. Namun perlu dicatat, Anda harus menentukan secara spesifik. Sebagai contoh, Anda berinvestasi untuk membangun rumah dalam 5 (lima) tahun mendatang. Semakin jelas tujuan dan jangka waktu, semakin kuat pondasi Anda berinvestasi sehingga mampu menjaga konsistensi.
#3. Pahami Profil Risiko
Tips memulai investasi berikutnya yaitu memahami profil risiko. Setiap investor biasanya memiliki preferensi yang unik terhadap risiko investasi. Secara umum, ada 3 (tiga) jenis profil risiko, yakni sebagai berikut:
- Pencari risiko (risk seeker), investor yang menyukai risiko karena berharap bisa memaksimal potensi profit.
- Netral (risk neutral), investor yang tidak terlalu suka risiko tinggi dan tidak terlalu suka risiko rendah, sehingga berada di tengah-tengah.
- Penghindari risiko (risk averse), investor yang tidak menyukai risiko, sehingga memiliki instrumen investasi dengan tingkat risiko paling kecil.
Jadi, cara memulai investasi yang benar adalah dengan bagaimana Anda menghadapi suatu risiko alias seperti apa profil risiko Anda. Ini nantinya bermanfaat untuk menentukan instrumen investasi yang paling tepat.
#4. Pilih Instrumen Investasi
Setelah memahami tujuan, jangka waktu, dan profil risiko, kini saatnya Anda mulai untuk menentukan instrumen investasi. Sebagaimana diketahui, Anda dapat berinvestasi pada sektor riil dan sektor finansial. Secara umum, investasi sektor riil memiliki risiko lebih besar daripada sektor keuangan. Dalam memilih instrumen, selain mengacu pada tujuan, Anda juga dapat memilih berdasarkan preferensi dan kebutuhan.
Karena akses yang jauh lebih mudah, investasi sektor keuangan jauh lebih diminatil oleh pemula. Dalam konteks ini, setiap instrumen investasi finansial juga memiliki tingkat risiko dan return berbeda. Mari kita jabarkan satu per satu.
Tingkat risiko investasi di sektor keuangan:
- Risiko tinggi: saham
- Risiko menengah: reksa dana dan P2P
- Risiko rendah: deposito, SBI, dan obligasi
Lalu bagaimana dengan investasi cryptocurrency? Meskipun popularitas mata uang kripto (sebagai komoditas) meningkat tajam beberapa tahun terakhir, kami cenderung menganggap bahwa tingkat risiko crypto berada di atas saham.
Jadi, mungkin bagi pemula, setidaknya untuk tahap awal, dapat menghindari aset kripto. Atau Anda juga bisa membeli crypto, asalkan dengan porsi yang lebih sedikit. Bagaimanapun juga, aset kripto jauh lebih kompleks daripada instrumen lainnya, sehingga butuh waktu lebih lama untuk memahami cara kerjanya. Akan tetapi, bagi Anda yang sudah paham seluk beluk kripto, sah-sah saja membelinya, asalkan sesuai dengan tujuan Anda.
#5. Gunakan Sumber Dana yang Tepat
Penting untuk memahami darimana sumber dana untuk investasi. Kami menyarankan untuk menggunakan “uang dingin”, yaitu dana nganggur atau dana yang tersedia tetapi tidak tahu akan digunakan untuk atau dana yang tidak dipakai untuk kebutuhan sehari-hari.
Sebagai contoh, Anda punya gaji 5 juta, sebesar 3 juta untuk kebutuhan harian dan sebanyak 1 juta untuk dana darurat. Sisanya 1 juta tersedia tetapi tidak tahu mau digunakan untuk apa; daripada untuk aktivitas konsumtif, itu dapat digunakan untuk investasi.
Ingat ya, jangan samapai berinvestasi dengan menggunakan uang panas, seperti uang dari pinjaman (utang) atau pinjol (pinjaman online).
#6. Pilih Perantara
Karena sistem investasi konvensional bersifat terpusat atau sentralisasi, itu akan melibatkan pihak perantara. Sebagai contoh, investasi saham membutuhkan broker saham atau sekuritas, investasi reksa dana membutuhkan manajer investasi (MI), investasi deposito membutuhkan bank, dan seterusnya. Nah, nantinya Anda akan diminta untuk mendaftar atau membuat akun di sana. Sebagai saran, pastikan Anda memilih pihak perantara terbaik atau dengan rekam jejak yang bagus.
#7. Lakukan Analisis
Tips dan cara memulai investasi yang tepat adalah dengan melakukan analisis, terlebih untuk instrumen dengan tingkat risiko tinggi, seperti saham. Dalam konteks saham, misalnya, Anda bisa menggunakan pendekatan top down analysis, yakni melihat dari tiga sisi: (1) ekonomi makro, (2) sektor industri, dan (3) perusahaan.
Pertama, ekonomi makro: Anda dapat melihat bagaimana perekonomian dunia dan Indonesia, apa saja faktor-faktor makro yang bisa berdampak pada harga saham. Beberapa contoh faktor makro adalah politik internasional, tingkat inflasi, kebijakan suku bunga, pendapatan nasional (PDB atau GDP), dan sebagainya.
Kedua, sektor industri: setiap perusahaan akan berada di sektor industri tertentu. Harga saham biasanya juga dipengaruhi oleh kondisi suatu industri. Sebagai contoh, ketika permintaan terhadap batubara global meningkat, maka sektor industri pertambangan akan mendapatkan dampak positif, sehingga layak untuk memilih perusahaan-perusahaan yang ada di sektor tersebut.
Ketiga, perusahaan: analisis ini berfokus pada kinerja individu perusahaan secara fundamental, biasanya mengacu pada kinerja keuangan, baik dalam bentuk laporan keuangan maupun rasio keuangan perusahaan.
Selain itu, dalam konteks investasi reksa dana, analisis yang bisa digunakan yaitu dengan melihat kinerja Manajer Investasi (MI) dalam pengelolaan dana. Anda bisa membandingkan kinerja masing-masing MI, dan silakan pilih MI dengan kinerja terbaik. Karena reksa dana terdiri dari berbagai jenis, penting bagi Anda untuk memahami jenis-jenis reksa dana, agar dapat memilih yang tepat atau sesuai preferensi.
Sedangkan dalam konteks investasi di deposito bank, misalnya, Anda bisa memilih deposito dari tingkat suku bunga deposito yang diberikan, atau juga bisa mempertimbangkan bank yang digunakan, pastikan bank tersebut sudah dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Selain itu, pastikan jumlah investasi deposito di satu bank maksimal Rp 2 miliar, karena jika terjadi sesuatu masalah pada bank tersebut, dana Anda aman karena sudah dijamin oleh LPS, yakni maksimal sebesar Rp 2 miliar. Jadi, jika terjadi kerugian lebih dari itu, maka yang ditanggung LPS hanya Rp 2 miliar.
#8. Buat Portofolio Investasi
Portofolio investasi adalah alokasi dana untuk berbagai aset yang dipilih yang dikumpulkan dalam satu wadah. Dengan kata lain, portofolio investasi akan berisi minimal 2 aset, misalnya saham dan reksa dana. Tujuan portofolio investasi adalah sebagai diversifikasi dan strategi untuk meminimalkan risiko investasi.
Alih-alih berinvestasi pada satu aset saja, misalnya saham, portofolio investasi justru memungkinkan Anda untuk membeli atau investasi di berbagai aset sekaligus. Meskipun begitu, Anda perlu belajar lebih lanjut bagaimana strategi portofolio investasi yang efisien (optimal).
#9. Lakukan Evaluasi Berkala
Terkadang, investasi yang telah dilakukan tidak berjalan sesuai harapan. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk melakukan evaluasi kinerja investasi secara berkala. Jika masih sesuai jalur atau on track, maka tidak ada masalah. Namun, jika sudah out track atau keluar jalur, Anda harus melakukan penyesuaian terhadap portofolio investasi Anda.
Simpulan
Well, itulah 9 (sembilan) tips dan cara memulai investasi yang tepat agar tujuan investasi Anda dapat tercapai dengan baik. Pada dasarnya, investasi adalah aktivitas produktif dan cara cerdas untuk mengelola keuangan Anda. Namun, dengan langkah-langkah atau tindakan yang kurang tepat, maka tujuan investasi bisa saja tidak tercapai.
Selain itu, perlu untuk dipahami bahwa prinsip investasi adalah uang bekerja untuk Anda, atau paling minimal aset Anda tidak berkurang atau tidak tergerus oleh inflasi. Boleh saja berfokus pada memaksimalkan return, namun ingat bahwa di balik itu ada risk yang menyertai.