Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) adalah salah satu jenis rasio keuangan untuk perusahaan keuangan (bank dan non bank). Rasio CAR juga familier digunakan dalam variabel penelitian. Analisis capital adequacy ratio adalah sesuatu yang bermanfaat bagi investor untuk melihat kecukupan dana perbankan dalam menghadapi risiko kerugian bisnis, termasuk risiko kredit, surat berharga, penyertaan, dan sebagainya.
Artikel berikut ini menjelaskan apa itu capital adequacy ratio (CAR): pengertian CAR, fungsi CAR, rumus & cara menghitung CAR, contoh soal CAR, cara analisis CAR, dan cara interpretasi CAR.
Contents
- 1 Definisi Capital Adequacy Ratio (CAR)
- 2 Ketentuan CAR Menurut Bank Indonesia (BI)
- 3 Fungsi Capital Adequacy Ratio (CAR)
- 4 Rumus Capital Adequacy Ratio (CAR)
- 5 Contoh Soal Capital Adequacy Ratio (CAR)
- 6 Cara Interpretasi Capital Adequacy Ratio (CAR)
- 7 Cara Analisis Capital Adequacy Ratio (CAR)
- 8 Faktor Utama yang Dapat Meningkatkan CAR Bank
- 9 Semua Hal Tentang CAGR
- 10 Pandangan Akhir
Definisi Capital Adequacy Ratio (CAR)
Secara umum, teori atau pengertian capital adequacy ratio (CAR) adalah rasio keuangan yang menunjukkan seberapa baik kemampuan sebuah bank dalam menyediakan dana untuk mengatasi kemungkinan risiko kerugian bisnis. Rasio kecukupan modal akan menjelaskan kepada investor apakah perbankan sanggup menampung dan menutupi kerugian operasional dari equity yang tersedia. Semakin tinggi rasio CAR, semakin baik kondisi perbankan dalam menjamin risiko.
Ketentuan CAR Menurut Bank Indonesia (BI)
Berapa nilai capital adequacy ratio (CAR) yang ideal atau bagus? Sebenarnya, aturan terkait rasio CAR sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Berikut ketentuan CAR menurut Bank Indonesia (BI). Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993, rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) yang wajib dicapai oleh perbankan paling minimal 8 % (pada akhir 1995). Sedangkan pada akhir 1997, rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) yang harus dicapai yaitu minimal 9%. Berhubung kondisi perbankan nasional sejak akhir 1997 terpuruk – ditandai dengan banyaknya likuidasi bank, sejak Oktober 1998 nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) diklasifikasikan ke dalam tiga (3) kelompok.
- Klasifikasi A: Bank memiliki rasio CAR besar dari 4%, dapat dikategorikan sebagai bank sehat.
- Klasifikasi B: Bank memiliki rasio CAR -25% – 4%, dapat dikategorikan sebagai bank take over atau istilah lainnya bank dalam penyehatan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
- Klasifikasi C: Bank memiliki rasio CAR kecil dari -25%, dapat dikategorikan sebagai bank beku operaso (BBO) atau istilah lainnya bank yang dilikuidasi.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/21/PBI/2001, nilai CAR perbankan saat ini yang harus dicapai minimal 8%. Hal ini serupa dengan ketentuan dari Bank for International Setlement (BIS) yang menetapkan minimal rasin CAR perbankan sebesar 8%. Sedangkan di dalam Asitektur Perbankan Indonesia (API), Bank Umum yang ingin untuk menjadi bank jangkar, setidaknya harus memiliki CAR minimal 12%.
Sebenarnya Awal ketentuan CAR yang dibuat oleh Bank for International Setlement (BIS) tidak mengikat, namun pada akhirnya hampir seluruh Bank Sentral di dunia mengikuti standar dari BIS, termasuk di Indonesia yang mana Bank Indonesia (BI) menerapkan aturan tersebut melalui PBI menjadi KPMM (Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum) yaitu sebesar 8%. Namun, secara bertahap akan disesuaikan dengan situasi perbankan di Indonesia dan perbankan Internasional.
Fungsi Capital Adequacy Ratio (CAR)
Sebagaimana yang juga telah dijelaskan bahwa fungsi dan tujuan rasio capital adequacy ratio (CAR) yaitu untuk mengetahui seberapa baik perbankan dalam menutupi kerugian bisnis dengan modal yang dimiliki. Jika sebuah bank memiliki rasio CAR yang kecil dari ketentuan Bank Indonesia, maka investor harus waspada karena risiko likuidiasi atau kebangkrutan akan semakin besar. Rasio CAR adalah rasio keuangan yang sangat fundamental dan dapat menjadi pondasi bagi sebuah bank. Jika pondasi kokoh, maka risiko keruntuhan lebih kecil.
Rumus Capital Adequacy Ratio (CAR)
Permodalan menjadi faktor utama bagi bank untuk mengembangkan usahanya. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk mengatasi kemungkinan risiko kerugian. Bank for International Settlements (BIS) menetapkan rasio modal minimum bank atau tingkat pemenuhan capital adequacy ratio (CAR) sebesar 8%.
Rasio CAR penting karena menjaga CAR pada batas aman (minimal 8%) berarti melindungi nasabah dan menjaga stabilitas keseluruhan sistem keuangan. Rasio kecukupan modal dapat diperoleh dengan membagi total modal (total equity) dengan aset tertimbang menurut risiko (ATMR). Cara menghitung atau rumus capital adequacy ratio (CAR) adalah CAR = (Modal / ATMR) x 100%.
CAR = (Modal / ATMR) x 100%
Semakin besar nilai modal (equity), semakin kuat pula kemampuan bank dalam menghadapi potensi risiko kerugian bisnis. Modal meliputi Modal Inti (Tier 1) dan Modal Pelengkap (Tier 2) – jumlah modal pelengkap yang diperhitungkan yaitu maksimal 100% dari jumlah Modal Inti. Jika risiko pasar dan risiko operasional dimasukkan, kedua risiko ini akan meningkatkan ATMR.
Contoh Soal Capital Adequacy Ratio (CAR)
Untuk contoh kasus atau soal, kami menggunakan data CAR tahun 2019 dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Sebenarnya, Anda tidak perlu mencari nilai CAR secara manual di dalam laporan keuangan perusahaan. Anda dapat download laporan tahunan (annual report) perusahaan di idx untuk melihat rasio CAR perbankan.
Perlu Anda ketahui, permodalan (capital) merupakan salah satu dari indikator Tingkat Kesehatan Bank (TKB). PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sendiri menetapkan empat (4) elemen atau faktor kesehatan bank, yaitu:
- Profil Risiko (Risk Profile) – penilaian secara inheren (risiko yang melekat pada aktivitas bisnis BNI) dan Kualitas Penerapan Manajemen Risiko atau KPMR.
- Tata Kelola (Good Corporate Governance) – penilaian terhadap kualitas manajemen BNI dalam pelaksanaan prinsip-prinsip GCG.
- Rentabilitas (Rentability) – penilaian dalam aspek penanaman modal atau hasil investasi.
- Permodalan (Capital) – penilaian berdasarkan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR).
Nah dalam hal ini, CAR merupakan elemen penting dalam menilai Tingkat Kesehatan Bank (TKB). Dalam kasus PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), pada periode 31 Desember 2019, rasio CAR BBNI berada pada peringkat 2 (Low to Moderate) yaitu sebesar 19,70%.
Cara Interpretasi Capital Adequacy Ratio (CAR)
Setelah capital adequacy ratio (CAR) bank BNI diketahui yaitu sebesar 19,70%, lalu bagaimana cara interpretasi rasio CAR? Pada intinya, semakin tinggi nilai CAR (berada di atas ketentuan minimum Bank Indonesia), semakin bagus jaminan bank terhadap risiko bisnis. Sebaliknya, bank harus berhati-hati jika kecukupan modal tidak memenuhi standar ketentuan 8% yang artinya potensi risiko likuidiasi semakin besar.
Cara Analisis Capital Adequacy Ratio (CAR)
Mungkin Anda bertanya-tanya, jika sebuah bank telah memenuhi persyaratan atau ketentuan minimal kecukupan modal dari Bank Indonesia, maka apa tidak perlu dianalisis lagi? Tidak benar. Analisis capital adequacy ratio (CAR) tetap harus dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan modal bank. Ada dua metode analisis yang dapat digunakan investor untuk menganalisis rasio keuangan (dalam hal ini CAR) sebuah perusahaan, yaitu dengan analisis tren dan analisis perbandingan industri.
Analisis tren atau trend analysis adalah membandingkan rasio keuangan perusahaan selama periode tertentu, misalnya dalam 5 tahun terakhir. Di sini, Anda dapat membandingkan bagaimana histori rasio CAR dari Bank BNI selama 5 tahun terakhir, apakah cenderung meningkat, menurun, atau stabil? Ingat, rasio kecukupan modal yang baik yaitu yang bernilai tinggi.
Selain itu, ada pula analisis perbandingan industri (industry comparison). Maksudnya, Anda dapat membandingkan rasio keuangan (dalam hal ini CAR) perusahaan dengan rasio CAR industri sektor perbankan. Jika rasio CAR suatu bank lebih tinggi dari rata-rata industri, itu mengindikasikan bahwa permodalan (capital) bank tersebut dinilai baik di sektornya. Begitupun sebaliknya. Jika rasio CAR suatu Bank berada di bawah rata-rata industri, maka ada baiknya Bank tersebut mengalukan evaluasi.
Capital Adequacy Ratio (CAR) mengukur sejauh mana bank memiliki modal yang cukup untuk melindungi diri dari risiko-risiko keuangan yang mungkin timbul, terutama risiko kredit, risiko operasional, dan risiko pasar. CAR dihitung dengan membandingkan modal inti (modal yang terdiri dari modal saham, cadangan laba, dan instrumen keuangan lainnya) dengan aset risiko (seperti pinjaman yang diberikan kepada nasabah).
Faktor Utama yang Dapat Meningkatkan CAR Bank
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan Capital Adequacy Ratio (CAR) suatu bank meliputi:
-
Penambahan Modal: Bank dapat meningkatkan CAR dengan menambah modalnya. Ini dapat dilakukan dengan cara menerbitkan saham baru, mendapatkan investasi dari investor, atau memperoleh keuntungan yang dapat ditahan dari operasi bisnisnya.
-
Mengurangi Aset Risiko: Bank dapat meningkatkan CAR dengan mengurangi aset risiko, terutama kredit bermasalah. Dengan mengelola portofolio pinjaman dengan hati-hati dan meminimalkan pinjaman yang gagal bayar, bank dapat mengurangi risiko dan meningkatkan CAR.
-
Meningkatkan Pendapatan: Bank dapat meningkatkan CAR dengan meningkatkan pendapatan. Pendapatan yang lebih tinggi dapat berasal dari bunga dan fee yang dikenakan atas produk dan layanan perbankan. Dengan meningkatkan pendapatan, bank dapat memiliki lebih banyak laba yang dapat ditahan untuk meningkatkan modal inti.
-
Efisiensi Operasional: Dengan mengelola biaya operasional dengan efisien, bank dapat meningkatkan laba bersihnya. Laba bersih yang lebih tinggi dapat meningkatkan modal yang tersedia untuk memperbaiki CAR.
-
Diversifikasi Bisnis: Diversifikasi bisnis dapat membantu bank mengurangi risiko. Dengan memiliki beragam produk dan layanan, bank dapat mengurangi risiko konsentrasi dalam satu jenis bisnis atau industri tertentu.
-
Manajemen Risiko yang Baik: Pengelolaan risiko yang baik termasuk pengelolaan risiko kredit, operasional, dan pasar. Bank yang memiliki sistem manajemen risiko yang kuat dapat mengurangi kemungkinan kerugian besar yang dapat mempengaruhi CAR.
-
Peningkatan Kualitas Aset: Bank dapat meningkatkan CAR dengan meningkatkan kualitas asetnya. Ini dapat mencakup memberikan pinjaman kepada peminjam yang memiliki profil risiko yang lebih baik, memonitor secara ketat pinjaman yang ada, dan menghindari aset yang bermasalah.
-
Regulasi dan Kebijakan Pemerintah: Kebijakan pemerintah dan otoritas pengatur memiliki dampak langsung pada CAR bank. Perubahan dalam regulasi perbankan atau kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi modal minimum yang harus dipertahankan oleh bank.
Dengan memperhatikan dan mengelola faktor-faktor ini, bank dapat meningkatkan CAR mereka, yang pada gilirannya akan meningkatkan ketahanan mereka terhadap risiko-risiko keuangan.
Semua Hal Tentang CAGR
Capital Adequacy Ratio (CAR), atau Rasio Kecukupan Modal, adalah ukuran yang digunakan dalam industri perbankan untuk menilai sejauh mana bank memiliki modal yang cukup untuk melindungi deposito dan memenuhi persyaratan regulator. Berikut adalah poin-poin penting tentang Capital Adequacy Ratio (CAR):
1. Definisi CAR
CAR adalah rasio yang mengukur proporsi modal inti (modal yang disetor dan laba yang ditahan) terhadap risiko aktiva bank. Ini mencerminkan sejauh mana bank dapat menanggung kerugian yang mungkin timbul dari risiko-risiko yang dihadapinya.
2. Komponen Modal Inti
Modal inti terdiri dari dua komponen utama, yaitu modal inti inti (core capital) dan modal tambahan (supplementary capital).
- Modal Inti Inti: Termasuk ekuitas pemegang saham, laba yang ditahan, dan instrumen keuangan yang memenuhi syarat sebagai modal inti.
- Modal Tambahan: Termasuk instrumen keuangan yang dapat digunakan sebagai modal tambahan, seperti obligasi subordinasi.
3. Risiko Aktiva
Risiko aktiva mencakup semua aktiva yang dimiliki oleh bank, termasuk pinjaman yang diberikan, investasi, dan aktiva lainnya. Risiko aktiva dihitung berdasarkan risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional yang dihadapi oleh bank.
4. Perhitungan CAR
CAR dihitung dengan membagi modal inti oleh risiko aktiva. Formula umumnya adalah CAR = (Modal / ATMR) x 100%. CAR biasanya diukur dalam persentase.
5. Persyaratan Regulator
Persyaratan CAR ditetapkan oleh otoritas pengawas keuangan dan regulator perbankan di setiap negara. Persyaratan ini dapat bervariasi tergantung pada risiko-risiko yang dihadapi oleh bank dan kondisi ekonomi.
6. Fungsi Perlindungan
CAR bertujuan untuk melindungi nasabah dan sistem keuangan secara keseluruhan. Dengan memiliki modal yang cukup, bank dapat menanggung kerugian yang mungkin timbul akibat kredit macet atau kondisi pasar yang buruk.
7. Penilaian Kesehatan Bank
CAR digunakan oleh investor, regulator, dan analis keuangan untuk menilai kesehatan keuangan bank. Bank dengan CAR yang tinggi dianggap lebih stabil dan lebih mampu mengatasi tekanan ekonomi.
8. Penting dalam Manajemen Risiko
CAR membantu bank dalam manajemen risiko, karena memberikan insentif bagi mereka untuk memiliki modal yang cukup dan memonitor risiko aktiva mereka secara aktif.
9. Penambahan Modal
Jika CAR bank turun di bawah tingkat yang diperlukan, bank biasanya harus mencari cara untuk meningkatkan modal, seperti menjual saham baru, meretensi laba, atau mengeluarkan instrumen keuangan tambahan.
10. Ketelitian dalam Laporan Keuangan
Bank harus melaporkan informasi keuangan yang akurat dan transparan agar CAR dapat dihitung dengan benar. Kesalahan dalam laporan keuangan dapat mengarah pada perhitungan CAR yang tidak akurat.
Pandangan Akhir
Well, itulah materi atau makalah tentang capital adequacy ratio (CAR). Pada dasarnya, rasio CAR atau kecukupan modal sangat penting bagi perbankan untuk menjamin keselamatan bisnis dari kemungkinan risiko yang terjadi. Capital adequacy ratio adalah indikator bagi investor untuk melihat kekokohan permodalan (capital) perbankan. Bank diharapkan tidak hanya sekadar memenuhi persyaratan ketentuan CAR dari Bank Indonesia, tetapi lebih dari itu juga mesti mampu meminimalkan risiko likuidasi dengan baik.
Lalu, bagaimana pengaruh rasio CAR terhadap return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) sebagai bagian dari Gambar Capital Adequacy Ratio? Pada dasarnya, ketika rasio CAR perbankan meningkat, maka nilai ROA dan ROE akan turun. Mengutip dosen.perbanas.id, rumus rasio CAR adalah Modal dibagi ATMR dan dikalikan 100% = minimal 8%. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yang mempunyai bobot risiko paling tinggi yaitu kredit. Sedangkan kredit juga memberikan kontribusi pendapatan terbesar bagi sebuah bank.
Dengan kata lain, jika kredit bank naik, pendapatan bank juga meningkat. Ini berarti ROA dan ROE akan meningkat. Kredit yang meningkat akan menaikan total ATMR sehingga akan menurunkan capital adequacy ratio (CAR). Selain itu, jika rasio CAR naik, ROA dan ROE juga dapat meningkat. Ini bisa saja terjadi ketika aktiva lain (selain kredit) seperti aset tetap (fixed assets) dan aset lainnya yang memiliki bobot risiko 100% tidak memberikan kontribusi bagi pendapatan bank.
Dengan demikian, kenaikan ATMR yang diakibatkan oleh kenaikan kelompok aset tersebut dapat menciptakan skema bahwa ketika rasio CAR naik, ROA dan ROE juga naik. Sebaliknya, jika rasio CAR turun, rasio ROA dan ROE juga turun yang disebabkan karena penggunaan dana bank tidak menghasilkan pendapatan operasional. Itulah hubungan antara capital adequacy ratio atau rasio CAR dengan ROA dan ROE.